"lu tuh ya terlalu santai"
"lu gak ngerasain tapi nyatanya perasaan lu nyariin"
"lu tuh suka sama dia"
Sore sehabis hujan ini, kami begitu sibuk bercerita mengenai hal yang sebenarnya tak membutuhkan kejelasan apapun lagi. Bersama Caca dikamar kos ini aku menceritakan sebuah kisah yang tak pernah terpikirkan akan terjadi pada siang ini. Sebuah hubungan klise yang berdiri dengan sebuah nama pertemanan.
"Bukannya dia dulu suka sama lu ya Nay?" Tanya Caca
"Hah?! Itukan dulu Ca.. Ahh tapi masalahnya bukan itu" Jawabku dengan wajah yang bingung
"Naya menurut gua dia tuh cape gak sih?" Tanya Caca yang membuatku semakin bingung
"Cape? Kenapa? Gara-gara gua? Guakan ga ngapa-ngapain" Ucapku
"Dulu lu cuek bebek sama dia pas dia suka sama lo, mungkin gak sih dia itu ngerasa kaya -yaudah deh gua stop- dan sekarang pas dia udah cuek sama lo, lu nya yang ngerasa kehilangan" Jawab Caca
Rafi,
Dia adalah tokoh utama dalam kisah ini dan juga orang pertama dalam obrolan kami sore ini. Hari ini aku berkata jujur, aku tidak memiliki rasa dengannya. Semua sikapku pure hanya sebagai teman walau sebenarnya jauh sebelum ini aku sedikit curiga jika Rafi memang memiliki rasa denganku. Namun ia juga tak berkata apa-apa jadi kurasa itu bukanlah suatu hal yang benar-benar harus kupikirkan karena lagi, sikapku padanya hanya sebatas teman begitu juga sikapnya padaku yang akupun hanya menganggap sebagai hal yang wajar dalam hubungan ini.
Aku dan Rafi berteman cukup lama, sekalipun kita tak begitu intense berkomunikasi namun satu hal yang kutahu jika ia adalah seorang yang tak begitu kaku. Hubungan kami berjalan seperti biasanya, kadang menyapa, bercanda dan saling menanyakan kabar satu sama lain. Untukku semua hal ini masih wajar.
Aku tak begitu banyak memiliki teman laki-laki dan semua temanku aku perlakukan sama. Saling memberi semangat, perhatian dan juga candaan yang hanya sewajarnya. Mereka memberiku kesan pertemanan yang baik yang sangat aku hargai itu dan pada akhirnya akupun juga akan memberikan kesan pertemanan yang baik pula dengan sendirinya secara natural. Sama sekali tak pernah terpikirkan hal aneh yang akan terjadi pada hubungan pertemanan ini dengan salah satu diantara mereka. Bagiku sulit untuk tiba-tiba membuka pintu ini untuk seseorang yang sudah tertulis dalam otak jika ia adalah seorang teman.
Maksudku, aku salah satu seseorang yang sulit untuk menyukai orang lain dan mungkin diri ini adalah orang yang tak akan mungkin untuk memiliki rasa dengan temanku sendiri karena memikirkannya pun sudah aneh menurutku. Akan tetapi aku tak tau mengapa hal ini tiba-tiba saja muncul dan membuatku bingung,
"Sebenernya gua yang kenapa atau dia yang kenapa ya ca?" Tanyaku masih dengan wajah yang bingung
"Lu tuh gak sadar Nay kalo lu udah nyaman sama dia" Jawab Caca
"Nyaman? Emangnya dia ngapain sampe bikin gua nyaman Ca?" Lagi-lagi aku hanya bertanya
"Kenapa sih lu oon banget kalo masalah ginian Nay?" Ucap Caca
Siang tadi perasaan ini dibuat bingung hanya karena seorang Rafi. Perasaan yang tak pernah aku pikirkan akan datang karenanya. Sikapnya aku akui cukup berubah, ia terlihat lebih dingin dari biasanya dan itu membuatku merasa canggung. Sebenarnya diri ini sadar akan perubahan sikapnya sejak beberapa waktu sebelumnya, namun aku masih tak begitu menyadarinya. Kita yang tak begitu intense berkomunikasi membuatku berpikir jika wajar saja ia bersikap seperti itu.
Tapi mungkin kali ini aku salah. Bahkan hingga sampai siang tadi aku tak menyangka jika ia akan mempertahankan sikapnya yang begitu cuek itu. Jika dilihat berbeda sekali dengan ia yang ku kenal dulu, seorang teman yang dapat ku ajak berbagi cerita, bercanda dan kini aku seperti baru mengenal orang lain lagi. Ia membuatku canggung dan juga kesal.
"Gua gak suka Ca sama Rafi, cuma gua ngerasa aneh aja kok dia sekarang kaya gini yaa. Perasaan dulu dia gak sedingin ini sama gua, bahkan ngobrol pun dia selalu cari topik. Ada aja yang diobrolin tapi sekarang dia udah gak gitu lagi. Kan kesel masa gua dicuekin?" Ucapku dengan wajah tak menentu ini
"Tapi buktinya lu nyariin dia Nay sekarang. Mungkin lu baru ngeh kalo ternyata dia bisa bikin lu nyaman cuma lu ngehnya kelamaan jadi dianya udah keburu dingin sama lu Nay" Jawab Caca
"Jadi maksud lu gua suka sama Rafi? Kenapa gua suka sih sama dia? Tapi gua gak suka Cha sama dia beneran deh. Gua tuh pure temenan aja sama dia Ca, kaya gua temenan sama yang lainnya gitu. Sikap yang selama ini gua tunjukin ya itu emang sikap gua yang sama ke semua orang" Ucapku yang meyakinkan Caca dan diriku sendiri
"Lu bilang begitu tapi perasaan lu gak gitu. Buktinya kenapa cuma Rafi aja yang bikin lu mikir kaya gini kalo dia cuma sebatas temen buat lu? Kan aneh Nay?? Mungkin nih ya mungkin, lu emang belum suka sama Rafi tapi rasa nyaman itu udah mulai muncul dan lu baru sadar sekarang" Ucap Caca yang membuatku terdiam
"Aneh gak sih gua suka sama dia?? Tapi aneh Ca menurut gua" Ucapku dengan perasaan yang bingung
Dengan hawa hujan yang masih terasa diruangan ini aku hanya bingung dengan perasaan ku sendiri. Apa yang diucapkan Caca, mungkin memang benar jika aku memiliki beberapa persen rasa nyaman dan terbiasa dengan Rafi. Namun sayangnya hati ini masih bungkam dengan apa yang kurasakan, masih terasa asing untukku.
Terlebih lagi sikap Rafi yang terlanjur dingin terhadapku. Aku bahkan tak bisa untuk memintanya kembali seperti dulu karena aku tau itu sama sekali bukan hakku. Dan juga sikap santaiku terhadap perasaanku sendiri yang membuatku tak dapat membedakan bagaimana sikap oranglain padaku, apakah ia senang berteman denganku atau ia memang senang padaku.
Obrolan kami selesai sampai disini. Ya, dengan perasaan yang masih menggantung ini. Akan kubiarkan semuanya mengalir, namun Caca juga memintaku untukku dapat menjadi diri sendiri dan menyadari perasaan samar ini. Ini membuatku bingung, sangat bingung karena,
"Sebenarnya apa yang membuatku sulit untuk berkata iya?"
Selesai.
Terimakasih sudah membaca :)
Instagram : mithafull
Komentar
Posting Komentar