" kamu bilang ... "
Malam ini diriku benar-benar sadar ternyata salah jika lebih mempercayai orang lain. Ia pernah berkata pada saat lalu semua akan baik-baik saja jika diri ini memberikan kesempatan untuknya. Ia pernah berkata pada saat lalu kalimat yang selalu diingatnya adalah "aku salah, ternyata aku salah". Ia mengucapkan kata maaf dengan air mata yang menetes saat itu. Aku berdiri di hadapannya namun pikiranku seperti terbawa oleh masa.
Ia yang mengajarkanku mengenai arti hadirnya seseorang, mengajarkanku tentang sebuah alasan mengapa jantung ini selalu berdegup dengan kencangnya, dan mengajarkanku apa itu kata nyaman.
Seperti benang merah yang saling mengikat di jari manis, kami bertemu dengan ketidak sengajaan yang terjadi. Sudut jalan kota ini sepertinya sudah memiliki kisah masing-masing untuk kami.
Aku memakai baju ungu, ia memakai baju hitam
Aku memakai baju pink, ia memakai baju putih
Aku memakai baju coklat, dan tanpa sengaja ia pun memakai baju coklat
Di sudut sana kami bercerita dengan serunya, berbagi cerita ditengah rumput hijau
Di sudut sana kami makan bersama
Di sudut sana kami bermain bersama, berlari, tertawa, mengambil foto bersama
Di sudut sana kami hanya jalan tanpa tujuan melihat segala hal yang ada di sekeliling dan menjadikannya sebuah topic
" aku minta maaf " ucapnya
" lagi? " responku dengan bingung
Sampai akhirnya diri ini tak pernah menyangka kami berada pada titik dimana aku meragukan benang merah yang berada di jari manis satu sama lain. Diri ini tak dapat menahan air mata karenanya, karena sebuah kata yang ia ucapkan pertama kali. Diri ini tak pernah menyangka jika ia ternyata juga dapat mengajarkanku bagaimana rasanya menangis hingga sesak. Sangat sesak.
" aku butuh penjelasan kamu...
seengaknya buat aku paham sama keadaan ini.
kenapa? " Tanyaku dengan air mata yang mulai membasahi pipi
" aku minta maaf " Jawabnya
" ha? kamu tau kan bukan itu yang aku butuhin " ucapku
" ..... " Ia tak menjawab apapun
Malam itu ia memilih untuk mengakhiri segalanya tanpa memberikan alasan yang ku mengerti seperti semua hal dapat dipahami dengan mudahnya. Ia berbalik, melangkah dan meninggalkanku yang hanya menangis dengan situasi yang tak pernah sekali pun kukira akan muncul. Bahkan ketika aku menangis terduduk pada malam itu, ia tetap memilih untuk tak kembali sekalipun tahu aku menangis seperti itu pada malam itu.
Ternyata seperti ini rasanya sakit karena orang lain. Tak begitu jelas rasanya. Semua itu terasa sakit, sedih dan sesak pada waktu yang sama. Saat itulah dimana diri ini memilih untuk tak melanjutkan kisah yang telah selesai, tak ada alasan dan tak perlu alasan apapun. Hanya saja sesuatu yang telah berakhir tak butuh alasan apapun untuk kembali dimulai.
Pikirku,,,
Namun ternyata ia datang kembali, ia hadir kembali di hadapanku membuat diri ini goyah. Membuat diri ini yang tak lagi peduli denganya menjadi memikirkan kembali hal itu. Lalu membuat apa yang sudah ku pikirkan itu menjadi berubah.
Aku memberikannya kesempatan. Hal yang pada awalnya tak pernah ada dalam hidupku. Namun, pada nyatanya diri ini memberikan hal itu padanya. Ia yang datang tepat di depan mata ini dengan semua hal yang ia ucapkan, aku memeluknya dan memberikan kepercayaanku padanya dibandingkan diriku sendiri.
" apa kali ini kamu juga mau pergi tanpa jelasin apapun? " Tanyaku dengan mata yang mulai berlinang
" kamu sadar gak sih? kamu tuh kaya bangsat tau gak " ucapku
Hari-hari yang kami lalui selepas kesempatan itu hadir kembali berwarna. Kebahagiaan yang sempat hilang kini hadir kembali dan kekosongan yang sempat hadir kini sudah pergi. Rasa nyaman karena kehadirannya kini kembali hadir. Aku menatapnya dan berkata dalam benak ini jika keputusanku tidaklah salah dan kembali melihat benang merah yang saling mengikat pada jari manis masing-masing.
" aku rasa hubungan kita bener-bener harus selesai. aku gak bisa lanjutin ini lagi " ucapnya dengan tiba-tiba
diri ini begitu terkejut mendengar kalimat itu untuk kedua kalinya " ha? kenapa tiba-tiba begini? "
ia hanya menatapku dan berkata " aku minta maaf "
" lagi? kemarin kamu juga cuma ngomong kaya gini..." ucapku yang bingung dengan sikapnya sampai akhirnya terbesit dalam pikiranku, " apa alasannya sama kaya kemarin? "
" .... " tak ada jawaban apapun yang keluar darinya
" hhmm... " senyum tak percayaku muncul
" kamu bilang kamu gak bakal sia-siain kesempatan yang aku kasih, kamu bilang kita bakal baik-baik aja, kamu bilang kamu salah. Terus ini? sekarang?
apa kali ini kamu juga mau pergi tanpa jelasin apapun? kamu sadar gak sih? kamu tuh kaya bangsat tau gak " Ucapku dengan air mata yang berlinang
Malam ini diriku benar-benar sadar ternyata salah jika lebih mempercayai orang lain. Aku sangat menahan untuk tidak menamparnya pada malam ini. Aku sangat menahan untuk tak melakukan hal itu sampai-sampai semua ucapan yang ia lontarkan tak terdengar.
Betapa sulitnya menahan amarah dan kekecewaan untuk kedua kalinya pada orang yang sama. Ia yang jahat atau diri ini yang begitu bodoh.
" Udah? Aku baru sadar, untuk kali ini ternyata aku gak butuh semua alesan kamu.
Simpen alasan itu untuk diri kamu sendiri. Kali ini bukan kamu yang ninggalin aku tapi aku yang milih buat pergi " Ucap ku dengan suara yang mulai gemetar, sebenarnya aku tidak cukup kuat untuk menahannya
" aku bener-bener berharap kita gak ketemu lagi, sengaja ataupun gak sengaja. Dan, aku bener-bener berdoa aku gak ketemu seseorang kaya kamu " Ucapku yang langsung melangkah pergi darinya dengan air mata ini yang tak dapat ku tahan lagi.
- the end -
Terima kasih sudah membaca :)
Instagram : mithafull
Komentar
Posting Komentar