Langsung ke konten utama

Postingan

Sabit di Malam Itu

  " kamu bilang ... "      Malam ini diriku benar-benar sadar ternyata salah jika lebih mempercayai orang lain. Ia pernah berkata pada saat lalu semua akan baik-baik saja jika diri ini memberikan kesempatan untuknya. Ia pernah berkata pada saat lalu kalimat yang selalu diingatnya adalah "aku salah, ternyata aku salah" . Ia mengucapkan kata maaf dengan air mata yang menetes saat itu. Aku berdiri di hadapannya namun pikiranku seperti terbawa oleh masa.      Ia yang mengajarkanku mengenai arti hadirnya seseorang, mengajarkanku tentang sebuah alasan mengapa jantung ini selalu berdegup dengan kencangnya, dan mengajarkanku apa itu kata nyaman.       Seperti benang merah yang saling mengikat di jari manis, kami bertemu dengan ketidak sengajaan yang terjadi. Sudut jalan kota ini sepertinya sudah memiliki kisah masing-masing untuk kami.  Aku memakai baju ungu, ia memakai baju hitam Aku memakai baju pink, ia memakai baju putih Aku memaka...
Postingan terbaru

ASING

" apa kabar? udah berapa lama kita gak ketemu? "   " iya, udah berapa lama... " dengan suara pelan tanpa sadar aku mengatakan kalimat itu       Malam itu kami bertemu, mataku fokus pada hiasan yang tertempel pada dinding tempat ini. Sebuah benda berwarna coklat yang tak begitu jelas bentuknya menarik perhatianku sembari menunggu sebuah ice caramel latte datang. Benda itu seakan membawaku kembali pada sebuah masa yang masih terasa normal.        Ia, sebuah nama yang sulit dipisahkan dari diri ini. Seseorang yang membuatku percaya akan kata "sahabat", seseorang yang masih berada pada satu tempat denganku ketika banyak orang yang memilih pergi, seseorang yang terlintas dipikiranku untuk pertama kalinya ketika ku butuh teman, seseorang yang... kita jauh tapi kita tidak jauh, seseorang yang tanpa sungkan.        Seperti sebuah habit, tak pernah sekalipun tak hadir dalam hariku. Kala itu entah mengapa diri begitu yakin, ...

In My Mind

         Sulit, aku kira kita yang selama ini tak lagi saling menatap takkan lagi terikat. Kukira kisah yang dahulu berakhir dengan kata "terimakasih ", sudah tak menerima lagi kalimat "halo apa kabar".         Diri ini tak membenci, namun rasanya lebih baik dan jauh lebih baik jika saja kamu tak lagi hadir. Bukankah selama ini kamu baik-baik saja. Dibanding saat ini ketika ku mengetahui kembali keberadaanmu,, saat itu diri ini masih baik-baik saja.         Apa yang terjadi kini, sulit untuk tak ditemani dengan tetesan air mata. Aneh, keberadaanmu 1 detik saja mengubahku. Memberikan beban pikiran yang aku tak tahu harus bagaimana. Kukira hanya ada satu cerita dengan tokoh utama yang sama. Tapi ternyata ku salah, kemu kembali datang dan kembali menjadi tokoh utama bahkan dalam sebuah cerita baru. Kamu datang sebagai tokoh utama seakan-akan memang hanya kamu yang pantas memerankannya.   " Baik " ucapku.....

Dari Masa Lalu

        Dapatkah aku memegang jawaban yang mungkin setidaknya menjadi sebuah alasan, pintu yang semula tertutup rapat dapat kembali terbuka. Atau sebenarnya diri ini terlupa, jika ternyata kunci itu masih berada padanya selama ini, selama aku merasa baik-baik saja tanpa kehadirannya.        Diri ini seperti sulit untuk membuka kembali pintu yang ternyata aku sendiri tak memegang kunci. Tersesat dalam sebuah kata bimbang. Tak tahu...        Ia seseorang yang kukira sudah terhapus bersih dalam memori ini, entah mengapa muncul kembali bersama dengan semua kenangan yang tak pernah ku sentuh lagi. Seseorang dengan kaos abu-abunya saat kali pertama mata ini melihatnya, ia hadir kembali.      Ini tuh kayak,,  " Kamu dateng lagi disaat selama ini aku berusaha untuk gak bergantung sama memori kita. Kamu dateng lagi disaat aku udah baik-baik aja tanpa kehadiran kamu. Kamu dateng lagi tanpa tau berapa lama waktu yang...

Si Pemilik Grip Kuning

  " Hah... " Responnya saat kali pertama melihat laki-laki itu            Aneh memang, kala itu dengan kedua alis yang terlihat naik perempuan itu hanya bingung tanpa alasan. Kali pertamanya adalah hal yang begitu lumrah. Sampai pada akhirnya ia tak tahu jika respon tanpa artinya kala itu dapat berubah menjadi sebuah rasa yang sepertinya baru kali pertama ia rasakan. Kisahnya dengan seorang laki-laki 172 cm yang kala itu memakai kaos berwarna merah,  " Ya, baju merah jangan sampai lolos kan hehe "              Perempuan itu memejamkan matanya, rasanya seperti tertarik dalam masa waktu yang membuatnya perlahan mengerti apa arti dari kata tertarik, mengagumi, menyukai atau mungkin bahkan fase mencintai. Ia hanya duduk dengan mata yang fokus pada satu objek, lalu kedua tangannya yang ia pakai untuk menyandarkan wajah sumringahnya. Ia bahkan tak sadar jika saat itu detak jantungnya berdegub kencang, ya pere...

DIA

  Dia      Dia adalah seorang gadis dengan jenis yang tak mudah jatuh cinta. Satu dari sekian alasannya adalah karena dia tak istimewa. Pikirnya, dia tak sempurna...      Padahal banyak orang di sekelilingnya yang menyukai pribadinya. Orang-orang di sekelilingnya yang memberikan komentar baik akan dirinya. Namun lagi, dalam hatinya dia memang tak istimewa. Dan juga dia masih harus menyelesaikan urusannya dengan dirinya sendiri terlebih dahulu.  "Selesein lembar ini, baru lanjut ke halaman baru" Ucapnya Banyak ketakutan yang belum bisa ia atasi.  Jika ada seseorang yang bercerita, dengan tenang ia akan mendengarkan Jika ada seseorang yang memerintah, ia akan melakukan sembari menjawab " iya " Jika ada seseorang yang berteriak, ia hanya terdiam dan akan menerima semua ucapan itu      Dia hanya ingin dicintai, menemukan... tidak.       Bertemu dengan seseorang yang mau menerima kondisinya bahkan ketika dia seda...

Ending Nostalgia #2

  " Apa kabar Dinda? " Sapaan gua yang mungkin ini hal mengejutkan buat dia " Bara?! " Responya yang terlihat benar-benar terkejut sampai dia menjatuhkan dompetnya di hadapan gua      Beberapa tahun sebelum malam ini, gua ingat mungkin gua orang pertama yang membuatnya tau apa itu rasa sedih. Gua membalas perasaannya dengan sebuah perpisahan yang begitu mendadak. Gua hanya ingin kita bisa terus berteman baik namun nyatanya sejak saat itu tak pernah sekalipun gua menyapa. Bahkan hingga saat ini gua masih dapat melihat sebuah barang yang pada malam itu gua bungkus rapi dalam bentuk kado. Dompet yang ia jatuhkan di hadapan gua ini adalah dompet yang gua beri untuknya pada malam itu. Gua kaget, gak tau kenapa tapi jujur gua kaget.       Kali pertama gua memilih untuk menjadi temannya karena ia terlihat begitu lemah, sampai-sampai rasanya gua ingin terus ada disampingnya dan gak mau lihat dia sedih karena hal yang gak seharusnya dia dapat. Dinda peremp...