["Arr ko lu ngomongnya kaya gitu si? Ar kita gapernah ya berantem kaya gini dan gua gasuka kita kaya gini Ar. Gua gatau apa alasan lu kaya gini sama gua, tapi gua pengen kita kaya dulu lagi Ar" [Gita]
"Ah udahlah... Berisik tau ga si!" [Aryani]]
°°°
"Besok Mamah sama Papah mau jalan-jalan nih, udah lama juga kan kita ga keluar bareng-bareng. Besok weekend kalian jangan ada kegiatan apa-apa dulu ya"
"Oke Mah" [Gita]
"Aku gaikut Mah. Aku lagi males keluar bareng-bareng" [Aryani]
"Kenapa? Kita itu udah jarang liburan bareng loh Ar"
"Ar juga pengen liburan bareng lagi Mah. Bareng-bareng, tapi cuma sama Mamah Papah aja." [Aryani]
Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Aku merasa kehadiranku disini hanya akan membuat semuanya menjadi aneh. Aku bahkan tak tahu siapa aku disini sebenarnya. Semua kehangatan lalu tiba-tiba saja menghilang, ingin sekali rasanya aku mengembalikan kehangatan itu lagi namun aku rasa mungkin aku tidak sanggup untuk mengembalikan semuanya seperti sedia kala. Aku sudah benar-benar tahu bahwa kehadiranku disini sudah tidak membuat semuanya nyaman.
Semua kebiasaan bahagia yang selalu kita lakukan dalam sekejap hilang entah kemana, senyum yang setiap hari terpasang cerah di wajah tiba-tiba hilang entah kemana, bahkan semua kenangan-kenangan indah itu kini memang benar-benar telah menjadi kenangan.
Aku hanya dapat terdiam menyimpan semuanya dan menahan semuanya. Ketika aku diperlakukan seperti ini hanya ada satu kalimat yang terpikir olehku.
"MENGAPA HARUS AKU?"
Ada banyak orang didunia ini tapi mengapa harus aku yang merasakan ini semua. Apakah ada orang selain aku yang merasakan hal seperti. Aku bahkan selalu bersyukur dan berterimakasih atas apa yang terjadi padaku sebelumnya ketika semua orangtua menginginkan seorang anak, mengapa harus aku yang mereka sia-siakan. Apakah aku ini memang bukan seseorang yang diharapkan ada didunia ini.
Semakin lama aku semakin tahu bahwa keberadaanku disini memang sudah membuat semuanya menjadi aneh. Pipi yang selalu basah, mata yang selalu sembab, dan air mata yang tak pernah berhenti menetes. Itu sudah menjadi bagian dari kebiasaan ku saat ini, semua semangat yang biasa aku lihat setiap hari pun sekarang benar-benar sukar untukku melihatnya.
Aryani yang mungkin memang benar-benar membenciku, Papah dan Mamah yang selalu sibuk akan pekerjaan mereka di luar kota. Tempat ini benar-benar berubah dan sejujurnya aku sangat merindukan keadaan dulu, keadaan dimana semuanya terlihat harmonis dan bahagia. Aku benar-benar sangat merindukan itu semua.
[20.12.2017]
"Waah Gita kamu keren banget sayang. Mamah Papah bener-bener bangga sama kamu bisa jadi juara umum sekolah begini, Mamah Papah juga bangga sama Aryani yang udah masuk 10 besar kelas"
"Tapi harusnya kamu bisa loh Ar kaya Gita, kalian kan bareng-bareng terus tiap saat. Papah juga mau liat loh kamu berdiri di mimbar juara umum kaya Gita"
"Hhffftt... Iya Pah Mah, Ar emang bodoh gabisa dapet juara umum kaya Gita. Banggain terus aja dia, sebenernya yang anak kandung itu siapa sih disini" [Aryani]
*to be continue)
Komentar
Posting Komentar