Bahkan setelah beberapa waktu telah berlalu rasanya masih saja sulit untukku menjalani semua ini. Aku masih merasa jika semua ini masih tak adil untuk diriku. Aku masih merasakan bahwa apa yang aku alami ini seharusnya cukup sampai disini. Aku pun masih saja menunggu apa yang aku pinta itu terwujud.
"Aku hanya ingin semuanya berhenti"
Sangat sulitkah hanya untuk mengabulkan ini semua. Terkadang aku sangat ingin marah dan bertanya-tanya mengenai hidupku. Bukankah semua cobaan hanya akan sebatas kemampuan manusia itu sendiri saja, namun mengapa aku harus bertemu dengan kesulitan yang bertubi-tubi. Bertubi-tubi hingga membuatku terjatuh dan sulit rasanya untuk bangkit kembali.
Namun, rasanya untuk hari ini aku seperti mendapat tamparan melalui diriku sendiri. Aku bahkan merasa malu pada mereka. Mereka yang tak seharusnya berjuang pada saat ini. Mereka yang seharusnya masih dapat menikmati masa mereka. Tamparan itu sangat keras sampai rasanya membekas di hatiku.
"Tisha hari ini kita gajian kan?? Pulang makan-makan yuk, sekalian kita cari baju gitu sekali-kali shooping refreshing kan?"
"Okeokee mba"
~
"Kadang aku suka kasian deh sama anak-anak itu, di umur segitu mereka harus kerja keliling begitu cuma jual keripik. Sedangkan kita diumur segitu masih bisa main main kan seneng seneng..."
Aku melihat dua anak kecil ini yang berjuang seperti ku, namun seharusnya mereka tidak perlu berjuang seperti itu di waktu sekarang. Aku masih melihat wajah tulus mereka yang masih dapat tersenyum dibawah terik panas mentari ini. Andai jika aku berada diposisi mereka, mungkin aku benar-benat menyerah pada dunia ini. Tapi sepertinya mereka tidak.
"Ka Tisha makasih ya, udah ajak kita makan disini. Aku ga pernah makan beginian soalnya ka"
"Iya Ka Tisha, ini enak banget... Boleh ga aku bungkus satu lagi buat Ibu Kak?"
"Iya kak aku juga aku juga"
Jika melihat mereka tersenyum, rasanya aku malu. Aku seperti mendapat tamparan. Rasanya sangat pedih jika memikirkan bagaimana caranya mereka bertahan didunia yang kejam ini.. Mereka dapat tersenyum bahagia hanya dengan hal hal sederhana, dan aku.. Sepertinya semua pikiran positif ku sudah tertutup dengan sugesti keresahan hidupku ini. Sampai aku melupakan satu hal. Aku masih memiliki Allah.
"Tuhan semesta alam"
~
"Nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan?"
. Perlahan demi perlahan aku mencoba untuk membuka mata ini. Membiarkan air mata ini terus mengalir deras membasahi pipi ini. Aku meluapkan apa yang ingin aku luapkan. Aku menceritakan keluh kesahku, penyesalanku dan hal yang tak seharusnya ku lakukan pada waktu lalu. Dimana aku selalu mengeluh dan mengeluh, seperti tak memiliki rasa terimakasih atas anugerah ini.
Waktu demi waktu akan terus berlalu dan semua kesulitan ini pun juga akan semakin berlalu, namun sayangnya pada saat itu aku terlalu tenggelam dengan kesulitanku sendiri sampai aku tak dapat merasakan bahwa semuanya sudah semakin membaik. Namun sayangnya pada saat itu aku terlalu terlelap dalam kesendirianku sampai aku tak sadar bahwa ada orang yang menyemangatiku selama ini. Namun sayangnya aku seperti sulit membuka mata ini sampai aku tak sadar bahwa seharusnya aku masih dapat untuk selalu bersyukur.
~
"Apakah harus sesulit ini?"
"Dari sekian banyak cerita dalam kehidupan didunia ini, apakah harus aku mendapatkan cerita yang sejahat ini?"
"Dan dari sekian banyak manusia didunia ini, apakah harus aku yang merasakan waktu yang sangat pahit ini?"
"Jika memang iya, mengapa???"
Kini aku sudah menemukan jawaban dari kebodohanku sendiri. Kebodohanku sampai aku dapat berbicara seperti itu. Kini aku sadar, jika aku dapat melakukan semuanya, jika aku dapat menghadapi semuanya, jika aku dapat bertahan sampai saat ini, itu alasannya mengapa semua terjadi padaku. Karena Allah tau jika aku dapat menghadapi dan melewati itu semua, walau pada awalnya harus dengan kesulitan dan keresahan yang sepertinya sangat mendalam.
Kini aku tersadar bahwa semuanya tak sesulit itu, sulit memang... namun sebenarnya jika saja pada waktu lalu pikiranku terbuka itu mungkin tak akan sesulit itu.
Apa yang terjadi pada duniaku ini, pada hidupku ini aku hanya perlu menjalani semuanya dengan tulus dan bertahan. Aku harus tau satu hal bahwa pelangi akan muncul dengan indah setelah turun hujan yang lebat, bintang akan bersinar dengan terang di dalam malam yang gelap dan aku.. Aku akan terus melanjutkan hidupku setulus mungkin walau dengan dihiasi prolog-prolog yang akan membuatku sedikit tercubit. Tapi aku percaya satu hal, semua pasti akan ada akhirnya. Aku memang belum menemukan bagaimana akhir dari prolog hidupku ini, namun aku hanya harus menguatkan mental dan fisikku untuk menghadapi klimaks yang aku sendiri pun tak tau akan seberat apa. Dan pada akhirnya aku dapat bernafas lega sembari menikmati epilog kehidupanku yang insallah akan indah pada waktunya
~
(terimakasih)
Komentar
Posting Komentar