["Gua denger dia lolos ujian CPNS waktu itu luh Mir, tapi dia ga cerita ke siapa-siapa. Gua aja tau dari guru tadi"
"Apa? Dia lolos? Gua gatau kalo dia lolos CPNS, dia ga pernah cerita apa-apa juga ke gua"]
###
Aku benar-benar melihat apa itu perbedaan. Seperti inikah aku berbeda dari orang-orang lainnya, atau apa ini sebenarnya. Aku tahu aku memang terlahir tanpa memiliki apapun bahkan aku bertumbuh remaja seperti juga tanpa memiliki apapun tapi mengapa aku benar-benar melihat dengan jelas bahwa aku memang tidak memiliki apa-apa. Kemampuan, talenta, pandai, bahkan kebahagiaan sekalipun. Aku benar-benar percaya bahwa semua ini memang tidak adil.
"Mir.. Mira tunggu. Kamu ngejauhin aku ya? Kamu ga papah kan?"
"Apa? Kamu tanya aku ga papah? Apa kamu bener-bener tau apa yang aku rasain sampe kamu nanya aku ga papah"
"Maksud kamu apa?"
"Kenapa sih kamu ga ngomong kalo kamu lolos CPNS? Dan kenapa kamu tiba-tiba baik sama aku? Apa kamu emang bener-bener mau liat aku yang sebenernya? Kenapa si harus kamu yang lolos?"
"Mir aku ga ada niatan kaya gitu sama kamu"
"Kenapa kamu ga pernah ngomong kalo kamu ikut seleksi CPNS juga? Kenapa kamu harus liat aku yang setiap hari stand by di perpustakaan dan mati-matian ngerjain semua contoh soal ujian dan kamu tau apa? Aku gagal sedangkan kamu? Kamu terlahir pinter, kamu bisa dengan gampang lolos semua ujian tanpa harus berjuang kaya aku"
"Mir, aku juga berusaha buat lolos ujian dan aku juga ga seberuntung kaya yang kamu pikir"
"Selamat kamu lolos. Aku rasa ga ada yang perlu di omongin lagi, waktu itu kamu sms aku lolos beasiswa atau gak kan? Aku rasa kamu tau sendiri apa hasilnya, aku ga seberuntung kamu. Aku rasa kamu ga perlu hubungin aku lagi, karena aku emang ga selevel kan sama kamu."
Akhirnya aku menyadari seberapa jahat diriku ini, aku tidak dapat mengontrol semua. Aku merasa bahwa aku memang lemah dan aku sudah mulai tidak tahan akan semuanya. Apa semuanya akan berakhir seperti ini, apa aku akan kehilangan semuanya satu persatu. Aku kehilangan impianku dan aku mulai kehilangan orang yang aku sayang. Aku rasa semuanya semakin dekat, titik dimana aku harus berhenti. Aku rasa sedikit demi sedikit aku mulai mendekat pada titik itu.
H-5 UN
H-4 UN
H-3 UN
H-2 UN
Aku benar-benar sudah berubah, kehidupanku, sikapku, semua impian yang sudah aku rangkum. Semuanya benar-benar sudah mengubah diriku, kali ini aku tidak dapat seperti dulu. Aku tidak memiliki alasan lagi untuk berjuang, semakin aku berusaha untuk menundukkan kepala ini dan fokus pada apa yang aku genggam, semakin sering pula rasa sakit itu datang. Aku benar-benar masih tidak percaya jika aku akan seperti ini. Aku selalu mancoba membuka mata ini namun rasanya kepala ini tidak kuat untuk fokus pada tujuanku selanjutnya.
Aku hanya ingin melanjutkan kehidupanku seperti orang-orang normal lainnya, melanjutkan hidup tanpa harus berfikir apa-apa. Tapi dengan semua yang terjadi pada diriku ini, rasa takut itu muncul dan membuat aku semakin hancur.
"Akhirnya, UN kita selesai juga. Mir lu jadi ikut tes Universitas Indonesia kan nanti?"
"Iya, gua harus masuk UI biar gua bisa lanjutin hidup gua nanti"
Dengan perasaan yang entah seperti apa, aku tetap harus berjuang mungkin ini yang terakhir kalinya. Aku tidak tahu mengapa aku berfikir seperti ini namun aku rasa aku tidak sanggup lagi menerima kenyataan yang berbanding terbalik dengan apa yang aku fikirkan dan aku perjuangkan.
Tak sehari pun aku lewati tanpa menggenggam benda ini dan aku benar-benar terus menundukkan kepala ini mencoba untuk tetap fokus walau aku benar-benar merasakan sakit. Bukan hanya sakit, kali ini aku merasakan semuanya datang pada diriku. Aku merasakan sakit, takut dan juga khawatir. Aku selalu menangisi semuanya bahkan sebelum semua itu datang pada diriku, aku selalu menangisinya.
Aku ingin memberitahu kepada semua orang bagaimana kondisi ku saat ini sebenarnya namun aku tidak bisa. Aku ingin memejamkan mataku dan mengakhiri segalanya tapi tak ada alasan untuk itu. Sampai pada akhirnya, alasan itu datang sendiri pada diriku. Alasan dimana aku dapat mengakhiri semuanya dan alasan dimana aku tidak perlu merasakan apapun seperti ini lagi. Aku sangat takut namun aku pikir ini yang terbaik untuk diriku karena aku tidak dapat menahan rasa ini lagi.
[Website]
[Maaf anda tidak lolos seleksi masuk perguruan tinggi Universitas Indonesia]
[SMS]
[Mir.. Liat foto nilai UN lu ini, gua dapet dari ruang guru tadi. Lu apa-apaan nilai jadi kaya gini Mir? Lu gak papah kan? Lu kenapa?]
{Nilai UN: 6.0 - 5.2 - 4.7 - 6.6}
###
[srrrrkkkk!!! srrrkk!!]
"Aaa!!"
*to be continue)
Komentar
Posting Komentar