"Rasa"
-
"Rini... Dia tetangga gua loh"
"Oh masa?? Yaudah salamin aja gitu ya"
Akan ku mulai saat diriku masih berada dibangku sekolah. Kala itu perasaan ini sudah familiar bagiku, perasaan dimana aku mulai mengagumi seseorang yang pertama kali kulihat. Sebenarnya aku tak begitu ingat kapan pertama kali kami bertemu, semuanya seperti terjadi begitu saja sampai akhirnya kami saling mengenal satu sama lain.
Kami menyempatkan waktu untuk saling berbagi kabar walaupun saat bertemu rasanya tangan ini sulit untuk menyapa. Yang selalu kulakukan hanyalah memperhatikannya setiap kali ku melihat dirinya. Perasaan familiar ini pun masih juga tak kusadari sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya padaku.
Ini seperti sangat cepat namun memang begitu nyatanya. Semua yang terjadi memang cepat sangat cepat sampai aku tak mengingat apa saja yang sudah kami bicarakan sampai pada akhirnya kami memiliki perasaan satu sama lain kala itu. Tak perlu bertanya bagaimana perasaanku...
Senang,
Ketika seseorang yang ku suka pun menyukai ku. Kami lebih sering menghabiskan waktu istirahat bersama. Berbincang di halaman kelas, menyempatkan pergi ke perpustakaan walau nyatanya kami hanya berdiri di depan perpustakaan tanpa masuk sekalipun, bahkan ketika beberapa orang selalu tertuju pada kami sebenarnya aku menyukainya karena secara tak langsung aku dapat menunjukkan jika aku memiliki seseorang yang menyukaiku. Semua berjalan dengan baik seiring berjalannya waktu.
Namun, ku tak mengerti saat beberapa bulan berlalu semuanya jadi semakin berubah. Sedikit demi sedikit kebiasaan indah yang sering kami lakukan bersama pun tak pernah terulang. Dan kala itu aku hanya dapat mendengar kabar bahwa
"Rini emang kamu putus sama Ferdi?"
"Hah? Putus ka? Eennggg... Kenapa emang ka?"
"Si ferdi kan udah jadian juga sama Nina temen sekelas aku"
"Haah?? Oh begitu ka,, iii iii iiiyyaa udah puu putuuss"
Perasaan familiar pada awal bertemu seketika berubah menjadi penghianatan. Entah mengapa aku merasakan sakit, bahkan pada hari itupun saat kita saling bertemu semuanya sudah berubah. Aku dan dia saling acuh tak acuh seperti dua orang yang tak pernah saling mengenal. Tak pernah tau apa yang ada dibenaknya sampai ia tak memberi alasan apapun tentang perasaannya dan perasaanku, karena pada awalnya ku selalu berfikir jika ia mungkin yang terbaik untukku saat ini. Dan, ternyata benar. Saat ini pada kala itu telah berakhir dan mengartikan pula jika ia sudah bukan yang terbaik lagi untukku. Yang ku ingat kala itu aku merasakan sakit.
Satu tahun berlalu dan kami menjadi canggung satu sama lain. Kami sering bertemu namun tak pernah sekalipun menyapa. Pandangan ku dan juga ia sama-sama lurus kedepan dan tak pernah menoleh kebelakang. Sekalipun. Ia orang pertama yang kuanggap terbaik yang pada nyatanya diriku salah mengenai perasaanku sendiri. Aku hanya berusaha fokus pada diriku sendiri dan tiba-tiba saja aku bertemu dengan orang lain. Tidak. Bukan bertemu, aku hanya tak sengaja melihatnya.
"Uwaaa jago banget taekwondonya itu... Dari sekolah lain ya? Sekolah mana? Parah baru pertama kali liat orang begitu secara langsung, nendangnya kaya terbang gitu ya haha"
"Rini apaansih, dia mah anak sini. Kakak kelas deh kalo ga salah"
"Hah?! Ko ga pernah liat si?"
-Andika-
Aku sama sekali tak sengaja melihatnya, kala itu aku sedang berada dalam kegiatan sekolah dan melihatnya beraksi dalam latihannya. Perasaan familiar pun sama sekali tak muncul di benakku, kala itu aku hanya terkagum melihat aksinya. Namun, ternyata sampai saat ini aku baru mengetahui akan satu hal mengenai pertemuan kami itu. Semua yang tak pernah kupikirkan pada awalnya, pada akhirnya itu menjadi satu-satunya hal yang selalu ada dipikiranku yang kusendiri tak tahu harus bagaimana.
"Benar. "Ia" yang ku maksud adalah dirinya"
Aku tak begitu mengerti mengapa aku dan ia menjadi seperti sekarang ini. Yang kuingat pada kala itu, saat pertama kali kami berbincang hanyalah melalui pesan singkat tanpa kami bertemu sekalipun. Sekalipun tak pernah. Bahkan untuk bertemu saja kami masih merasa canggung dan akhirnya tak pernah menyapa walau aku tau kami saling menyadari kehadiran satu sama lain. Seperti yang lain, aku tak begitu ingat bagaimana kisah awal sampai aku dan ia menjadi sekarang ini.
Tapi yang jelas, aku cukup ingat jika kami sering mengirim pesan singkat satu sama lain walau itu semua hanya basa basi tanpa arti karena pada saat itu perasaanku tak pernah muncul untuknya. Dan dengan rasa canggung yang masih menyelimuti diriku ini, entah mengapa aku cukup mengenalinya.
"Aku mau kita balikan lagi" Ferdi
-
Komentar
Posting Komentar