Langsung ke konten utama

Diakah yang Terbaik #3



Lalu..

"Dani"

     Seseorang yang tak henti-hentinya ku ceritakan pada Andika. Apapun moment yang terjadi antara aku dengan Dani pun selalu kuceritakan pada Andika. Ibarat kata, Andikalah diary antara aku dengan Dani. Namun, entah mengapa seiring berjalannya waktu aku mulai merasakan hal aneh pada Andika. Ia lebih sering berbicara dan bertanya padaku mengenai hati yang sebelumnya aku sangat jarang melihatnya berbicara mengenai perasaan seperti itu.

"Rin, lu pernah gak sih ngerasain cinta tapi bertepuk sebelah tangan? Kaya sakit tapi gabisa apa-apa"
"Tumben amat ka ngomong begituan kenapa?? Galau lu abis ditolak cewe yaa"
"Kalau ditolak sih mending, yang ini gua bahkan ga berani buat ngomong satu kata pun tentang hati gua. Rasanya gua kaya udah ditolak sebelum nyatain semuanya. Masalahnya dia ga peka sama perasaan gua. Gatau ga peka, pura-pura ga peka atau ga mau tau sama perasaan gua. Yaa semacam bodoamat gitulah"
"....."

     Pada saat itu sebenarnya aku sudah mulai berfikir, apa mungkin seseorang yang Andika maksud ialah diriku. Jika memang ia, itu semua sebenarnya sangat sulit bagiku. Sulit bagiku untuk mengubah semua keakraban yang sudah terjalin secara murni seperti ini dengan perasaan yang baru yang mungkin nantinya hanya akan membuat rasa nyaman ini hilang dan berubah menjadi canggung. Mulai saat itu aku mencoba untuk tidak memikirkan hal itu. Sulit sebenarnya, akan tetapi aku hanya ingin rasa nyaman yang aku rasakan darinya tetap utuh dan tak berubah.

"Rin.."
"Riiinn"
"Gua mau ngomong, tapi susah. Tapi gua mau ngomong, tapi gabisa"
"Ngomong apaan sih kak? Penting banget apa? Ntr dulu ya gua sibuk mendadak ini"

     Semakin lama apa yang aku takutkan itu semakin nyata. Ia lebih sering berbicara mengenai perasaannya, lebih sering dari biasanya. Sebenarnya tak apa, selama ia tak menyebutkan bahwa yang ia maksud adalah diriku. Tapi jika memang seseorang itu adalah diriku, aku hanya takut jika sikapku akan membuatnya sedikit terluka karena sejujurnya pada saat itu diriku pun masih belum mengetahui bagaimana rasa ini terhadap dirinya. Satu hal yang ku tau tentang semua ini,

"aku hanya takut kehilangannya"

     Itu semua membuatku untuk fokus dengan seseorang yang selalu berada didepanku. Seseorang yang selalu ingin kuperhatikan tiap saat. Seseorang yang membuatku selalu tersenyum hanya karena aku melihatnya berjalan, yaitu Dani. Aku memutuskan untuk memberanikan diri mengungkapkan isi hatiku pada Dani kala itu. Entah apa yang membuatku melakukan hal bodoh seperti itu, aku hanya ingin mengungkapkannya saja kala itu. Dan sampai akhirnya...

"Makasih"

     Itu adalah kata pertama dan terakhir yang kudapat dari Dani setelah sekian lama aku menjadi pengagum rahasianya. Rasanya tak adil memang, dengan perhatian yang kuberikan pada Dani dan ternyata aku hanya mendapat kata "makasih" tanpa tambahan apapun. Lagi. Semuanya kuceritakan pada Andika.

"Rin, seperfect apasih Dani Dani itu sampe lu sebegitunya sama dia. Kenapa lu ga coba buat buka mata lu terus liat orang-orang disekeliling lu yang lebih perhatian sama lu jauh dibanding Dani. Bukan gua mau bandingin atau apa. Tapi, mungkin lu bakal ngerasain apa itu beda pas lu kehilangan orang yang bisa bikin lu nyaman. Bukan Dani yang selalu ada didepan lo, tapi orang-orang yang ada dibelakang lu yang selalu ngasih lu support Rin"

     Kala itu aku tak tau apa maksud dari semua ucapan Andika. Aku hanya mendengarkannya tanpa memikirkannya. Mungkin memang benar apa yang ia ucap akan tetapi saat itu, kala itu aku tak pernah sadar. Tak seperti sekarang. Terlambat. Memang.
     Semenjak kala itu, ia seakan-akan pergi menjauh dariku. Walau dia tak pernah mengucapkan apapun namun aku merasakan sikap yang berbeda darinya. Sampai akhirnya rasa canggung yang tak pernah ku kenal tiba-tiba muncul diantara kami berdua. Rasa canggung yang entah datangnya dari mana yang membuatku merasa jauh darinya. Jauh sampai akhirnya mungkin aku benar-benar sudah kehilangannya
Rasanya semua itu hanya dapat ku kenang. Ketika aku memiliki seseorang yang dapat memberiku kenyamanan yang bahkan tak dapat kurasakan dari orang lain maupun tak dapat orang lain berikan padaku. Kenyamanan yang tulus karena pertemuan yang tak sengaja, yang membuat rasa ini tak pernah berfikir. Berfikir sampai sejauh itu, jika pada akhirnya aku memiliki rasa takut yang akan mengubah segalanya.

     Jika memang kala itu aku masih tak mempunyai alasan mengapa aku selalu mengabaikan dirinya, berbeda dengan kini. Satu alasanku...

"Kehilangannya"
Kehilangan semua keakraban yang sudah terjalin, rasa percaya satu sama lain yang tak dapat kuberikan pada orang lain, dan kehilangan semua moment yang tak pernah kuceritakan pada orang lain. Hanya diriku saja yang mengetahuinya. Aku tersadar jika kala itu aku mengkhawatirkan semuanya sampai pada akhirnya kini aku sedang menjalani semua kekhawatiranku itu. Bahkan, mungkin aku sudah kehilangannya.

"Ia yang kumaksud"

     Andai saja dirinya membaca ceritaku hari ini, sebenarnya aku sangat ingin mengungkapkan semua ini. Hal yang aku takutkan untuk ku ucapkan kala itu. Hal yang membuat pertemuan ku dengannya menjadi perpisahan ku dengannya.

"Pertemuan tak sengajaku ini, mungkin ini terasa lucu, ketika aku bisa dekat dan nyaman dengan seseorang yang tak pernah ku targetkan sebelumnya.
Mungkin dirimu selalu berfikir bahwa tak ada celah ruang untukmu dalam diriku, tapi andai saja jika terakhir kali dirimu mengatakan dan bercerita mengenai aku mungkin akupun demikian.
Aku bukan tak memiliki rasa padamu melainkan aku hanya takut kehilangan semua keakraban yang mungkin tak pernah bisa ku dapatkan dari orang lain.
Ketidaksengajaan ku pada kala itupun menjadi ketidaksengajaan ku yang membiarkanmu pergi
Sekalipun dirimu mencoba menyapaku, aku merasakan rasa canggung itu
Aku hanya ingin berterimakasih padamu jika memang kala itu dirimu benar memiliki rasa padaku dan menerima semua kisahku atas orang lain
Dan kini setidaknya kamu tau, aku bukan tak memiliki rasa padamu
Aku hanya takut kehilangan semua keakraban yang sudah terjalin dan berakhir seperti kala ini"




-
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca
"see u next story"
(author : @mithafull) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURVIVE : 21 #1

21 TAHUN. - Kuliah : OKE ✔ - Bisnis : ADA ✔ - temen : BEST FRIEND ✔ - Uang Bulanan : KAYA JALAN TOL, MULUS!  ✔ - Gebetan : 1, 2, 3, 4, SEMUANYA BAIK ✔ "itu adalah 21 tahun gue yang banyak diimpiin sama banyak orang. Gak ada yang gak mungkin dalam situasi itu. Bisa di bilang, gua adalah perempuan yang sangat beruntung" Ucapku yang tersenyum bahagia dengan semua keajaiban itu. ~ "Hah!! Miracle? Mimpi!! Hhfftttt" Keluh kesahku pada siang ini setelah melakukan sebuah interview pekerjaan.      Azalea, 21 tahun.      Dengan semua list yang sangat membuat orang-orang terkagum-kagum dan membuat diri ini begitu muak untuk terus memikirkannya. Ya, pernah mendengar kalimat jika sebuah ekspetasi itu indah dan sangat indah. Bagaimana? Indah bukan? Semua ekspetasi yang tersusun rapih seakan-akan itu adalah rutinitas yang diinginkan oleh semua orang. Semua orang, termasuk aku.      Sesak rasanya dada ini untuk mengingat semua ekspeta...

PELANGI #8

   #STORY YESTERDAY [[srrrrkkkk!!! srrrkk!!] "Aaa!!"] ###      Aku selalu berfikir mengapa aku ditakdirkan didunia ini kalau pada akhirnya aku hanya akan merasakan semua ini. Apa aku memang ditakdirkan untuk merasakan semua rasa sakit ini atau apa aku ini adalah reinkarnasi dari seseorang yang jahat sampai aku harus merasakan akibatnya kini.  Aku sangat ingin pergi dari tempat ini, dari situasi ini, dari dunia ini. Kali ini aku kira aku sudah mencapai titik itu, tituk dimana aku sudah tidak dapat bertahan lagi.      Apa kau kira pelangi akan datang dengan mudahnya atau salju akan turun dengan indahnya. Aku hanya ingin menutup mata ini, mengucapkan selamat tinggal dan melupakan semua rasa sakit ini. Sungguh, ijinkan aku nyaman dengan hidupku sendiri. Ijinkan aku menutup mata ini dan biarkan aku mengucapkan selamat tinggal. "Mir kamu ga makan malemmm.. Ya Allah Miraaaa!!! Astagfirullah Mira Ya Allah!!!" ### [Telp] [Papa...

DRAMA : 4. "Apa yang harus dilakukan saat kencan pertama??? "

#Kamus Hari Ini# 1. 뭐 (mwo) : apa 2. 우리 사귀자 (uri sagwija) : kita pacaran 3. 괜찮아요 (gwaenchanhayo) : tidak apa-apa ~ " 뭐  (mwo)??????!!!!" Sahutku dengan wajah yang terkejut dan juga bingung "Kamu tahu kan kalau aku tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran. Hari ini saja, aku mohon... Jadilah pacarku... Aku ingin memiliki kenangan indah bersama pacarku sendiri tanpa ada skenario apapun tak seperti saat aku sedang shooting.. 우리 사귀자  (uri sagwija)" Ucap Hoon Oppa yang tak pernah memalingkan pandangannya dari mataku "Ooo... Ohhh.. Aaa... Eeee.. Mmmmmmm.. Ooo.. Oo..  Okk.. Okkkee. Kit.. kit.. kita pa.. pa.. Pacar.. ran" Jawabku yang benar-benar sangat gugup berada di dalam mobil ini      Dan akhirnya semua berlalu begitu saja walau rasanya aku sangat ingin berteriak dan ingin keluar dari mobil ini sekarang juga namun nyatanya aku sangat ingin berada di mobil ini lebih lama lagi, seperti ini saja dan hanya ada aku juga Hoon Oppa....