Ketika hati ini mulai sembuh dari luka lama yang membuatku tergores, tiba-tiba orang itu datang kembali menanyakan hal yang sama seperti dulu kala.
"Ferdi"
Ia memintaku untuk mengulang semua cerita kami dulu. Itu semua membuatku goyah, dan akhirnya aku mengiyakan ucapannya itu.
"Kita balikan"
Semua kembali seperti sedia kala sama seperti saat itu kala itu. Dimana aku memiliki seseorang yang kuanggap ialah yang terbaik yang kurasa, ia pun juga menyayangiku sama seperti aku yang memiliki rasa sayang ini padanya saat kala itu.
Namun yang berbeda kali ini ku pun memiliki orang lain. Bukan seseorang yang begitu penting namun ia setidaknya membuatku tak begitu merasakan sakit akibat goresan luka waktu lalu. Kala itu semua tak begitu berarti aku dan "ia" yang ku maksud hanya sebatas teman tanpa arti. Benar-benar tanpa arti dan tiba-tiba....
"Riniiii... Ferdi sama Andika ribut"
"Hah???!! Ribut?? Dimana??"
"Dikantin depan.. Cepet kesana!!"
Sebenarnya kala itu aku sudah mendengar desas desus jika mereka berdua terlibat masalah, tak begitu jelas apa masalahnya namun yang aku tahu itu semua karena diriku. Hari itu pula aku sendiri tak melihat mereka berdua, disekolah, perpustakaan, bahkan kantin. Entah dimana mereka berada atau apakah benar mereka berdua berkelahi. Aku tak tau mengenai itu.
Lalu pada akhirnya aku dan Ferdi bertengkar kemudian. Mempermasalahkan hal yang tak semestinya aku urusi, mengenai perkelahian itu. Aku hanya berfikir jika itu memang karena diriku, tak seharusnya Ferdi melibatkan kakak kelas itu...
Andika.
Sampai akhirnya aku mengetahui fakta, jika Andika lebih memilih untuk menjauh dariku pada saat itu yang aku sendiri pun tak tau apa alasan pastinya. Mungkin saat itu hanya dirinya yang tahu.
"Padahalkan itu bukan salah gue!"
Yang kuingat semua kenangan unik pada masa sekolah pertamaku seperti itu. Masa dimana aku bertemu dengan seseorang dan bahkan dua orang yang membuat hariku sedikit lebih berwarna entah itu terang ataupun gelap setidaknya itu berwarna.
Lalu...
Cinta monyet
Cinta yang banyak orang bilang pun aku merasakannya. Merasakan jika seseorang yang berada disampingku saat itu adalah yang terbaik dan memang semua itu benar. Saat itu pada kala itu tidak berarti saat ini pada kala ini. Itu semua mengartikan jika kata "terbaik" itu telah selesai pada kala itu.
"Yap benar"
Kejadian lalu pun terulang kembali. Ferdi memintaku untuk mengakhiri hubungan kami. Lalu aku...
Hanya dapat menjawab "Ya" tanpa menambahkan kalimat apapun, sepatah pun tak.
Lalu Andika..
Aku masih memilikinya, sebagai seorang teman. Seorang teman yang kupercaya untuk mendengarkan ceritaku tentang diriku dan ceritaku tentang orang lain. Seorang teman yang dapat membuatku bisa merasakan kenyamanan yang orang lain tak bisa berikan padaku ataupun yang aku sendiri pun tak dapat menemukannya dari orang lain. Namun kala itu kami benar-benar hanyalah sebatas teman tanpa arti. Teman yang memang hanya teman.
"Pindah ke periode berikutnya. SMA"
Dimana aku memiliki perasaan familiar itu kembali terhadap orang lain. Orang lain yang ku anggap spesial karena ia dapat membuat aku bertingkah aneh saat didepannya, pun itu semua ku ceritakan pada Andika
"Kaaa, kayanya gua suka sama orang deh. Kaka kelas, cakep, tinggi, orangnya anteng, pinter, osis pula. Idaman deh, Dani namanya. Bisa deket gak ya?"
"Lengkap banget Rin? Idaman banget ya?"
"Iya ka, aku suka dia. Dani"
Komentar
Posting Komentar