Dia...
Waktu itu gua sama sekali gak pernah menyangka kalau semuanya bakalan berakhir seperti ini dan ini semua jujur buat gua bener-bener kaget sama akhir dari semuanya. Semua yang udah gua anggap sebagai penantian, penantian yang gua pikir gak ada habis-habisnya. Sampai akhirnya gua sadar mungkin ini adalah akhir dari semuanya. Cerita yang gak pernah gua duga. Sama dia...
Seseorang yang awalnya gua pikir bisa gua miliki. Tapi ternyata entah mengapa saat terakhir kali itu gua mendadak bisu dan gak bisa berbuat apa-apa seolah-olah pijakan gua selama ini udah rapuh dan akhirnya, gua pun jatuh dan hilang.
(2014)
"Baca aja dua kosong satu empat.. Jangan dua ribu empat belas, inget tahun itu bikin gua inget sama dia. Perempuan cengeng itu"
"Rini namanya, dan gua suka dia"
Semuanya gua tuangin disini secara singkat dan jelas, pada intinya gua cuma mau dia tau apa yang sebenernya ada didalam hati gua selama bertahun-tahun lalu itu. Jika memang gua gak bisa menjaga dan memilikinya setidaknya hari ini dia tau kalau ternyata gua pernah punya harapan seperti itu. Menjaganya dan memilikinya.
Ya...
Hari ini, tanggal berapapun asalkan hari ini. Ketika dia membaca semua cerita dan isi hati gua pada saat itu bahkan saat ini. Ketika dia yang sepertinya sibuk memikirkan orang-orang yang berada didepannya dan gua, cuma bisa memperhatikannya dari belakang. Dari sini, tanpa dia sadar sekalipun. Sekalipun tak pernah, mungkin.
Dia, yang pertama kali berani untuk menyapa bahkan saat itu gua sama sekali gak tau siapa dia. Gua berterimakasih karena tanpa sadar dia yang buat gua, hati ini dan pikiran ini menjadi terpaku padanya seolah-seolah dia datang memang untuk gua cintai. Saat pertama gua sama sekali ga ada rasa apapun karena gua sendiri saat itu, pun memiliki pasangan tapi entah mengapa semuanya jadi mulai berubah saat gua tau kalau hatinya akan merasakan sakit.
"Ferdi.. Lu mau ajak balikan Rini lagi? Dulu aja lu sia-siain, sekarang mau ajak balikan"
"Yailah.. Rini doang mah gampang gua ajak balikan. Liat aja dia ga bakalan bisa nolak gue, palingan juga dia belum move on dari gue"
"Sok ganteng lu ya hahaa kaya ga ada cewe laen aja lu ngajak balikan Rini"
"Hahahaaa gapapa lah cuma buat pelampiasan gua doang, lagian ntar juga bakalan gua putusin lagi si Rini"
Itu alasan mengapa gua tiba-tiba jadi menaruh perhatian lebih sama Rini. Gak tau kenapa, yang pasti gua gak suka liat tingkah orang yang dengan gampangnya nyakitin perasaan seorang cewe yang padahal cewe itu punya rasa sayang sama orang itu.
Brengsek!
"Wooyy sini lu.. Gua peringatin sama lu jangan coba-coba bikin dia nangis! Atau lu.. Bakalan berurusan sama gua!" Hari itu gua narik kerah bajunya Ferdi bahkan mungkin sampai robek
"Apaan sih lu!!"
"Rini!!!! Kalo sampe apa yang gua denger beneran terjadi sama Rini...."
"Lu siapanya??!!! Gua cowonya Rini, lu bukan siapa-siapanya mending diem. Gausah banyak bacot!"
Gua masih ingat, ingat dan sangat ingat. Hari dimana gua pertama kali berantem sama orang karena masalah perempuan, apalagi perempuan itu sebenarnya bukan siapa-siapa gua. Hari itu saat itu gua sama cowo brengsek itu si Ferdi, kita berantem. Bener-bener berantem. Gua gak tahan sama semua ucapannya yang bakalan nyakitin perasaan Rini nantinya. Hari itu gua masih ingat, badan gua semua pada sakit tanpa dia "si cewe" itu tau.
"Benar, dia yang gua maksud.... Rini"
[INBOX]
"Kaa gua denger dari temen lu kemarin, lu berantem sama Ka Ferdi? Ada masalah apa?" Rini
"Cuma masalah kecil lu gaperlu tau. Yang perlu lu tau lebih baik lu udahan sama Ferdi dan jangan hubungin gua dulu. Lu tau kan, gua punya cewe. Dia cemburu"
"Ohh gitu kaa, tapi lu ga kenapa-kenapa kan?"
"....."
Kala itu semua mulai terasa asing. Gua dan dia yang bahkan sekalipun tak pernah berbicara secara langsung, kala itu gua berusaha untuk acuh tak acuh. Gua tau fakta hari itu mungkin gak berlaku untuknya, karena gua tau dia punya perasaan yang tulus terhadap orang. Sayangnya, kadang orang lain sulit untuk menghargai perasaan tulusnya. Dan dugaan gua...
"Bener"
Hari dimana dia putus sama Ferdi, dia terus luapin semuanya. Lucunya, kala itu dia tak menangis tapi untunglah. Andai saja kala itu ia menangis, mungkin kala itu pula menjadi kali kedua gua berantem karena masalah perempuan yang bukan siapa-siapa gua. Jujur, sebenernya gua juga udah putus sama pasangan gua. Gak jauh setelah Rini dan Ferdi putus. Di hari itu gua mulai tersadar akan suatu hal.
"Apa mungkin gua ada rasa sama dia"
(2016)
Dua-kosong-satu-empat (2014) berlalu seperti itu, awal mengapa gua tiba-tiba punya rasa yang gak biasa gua rasain dengan seorang teman. Teman yang pada awalnya gak pernah gua sangka akan menjadi sedekat ini, akan menjadi seakrab ini dan pada akhirnya akan menjadi sesulit ini. Banyak yang berkata jika perempuan dan laki-laki itu gak akan bisa bertahan dengan hubungan yang hanya sebatas teman. Tapi kita, gua dan dia. Berusaha saling mencoba agar perkataan seperti itu tidaklah benar.
Kala itu sudah menjadi tahun Dua-kosong-satu-enam (2016). Bertahun-tahun berlalu dia, masih sama seperti dulu. Menyukai orang lain dan bercerita tentang orang lain dengan gua seakan-akan gua ini diarynya.
"Dani"
Gua rasa kala itu dia benar-benar menyukai Dani. Apa yang dia bicarakan tentang Dani semuanya jauh berbeda dengan diri gua. Dan gua, cuma bisa mensupport semua rencananya tanpa dia tau sebenarnya gua sendiri pun juga punya rencana. Rencana untuknya, tapi itu semua masih gua simpan karena gua takut akan satu hal.
"Kehilangannya"
Benar-benar sangat ingin rasanya gua untuk berbicara langsung dan mengungkapkan segalanya yang sudah tersimpan bertahun-tahun dalam hati ini, namun gua masih ingin melihatnya merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan yang sederhana hanya karena dia dapat terus melihat Dani yang selalu berada di depannya sampai pada akhirnya...
"Kaa.. Ka Dani nyuekin gua lagi. Dan gua baru tau dia udah ada cewe, kata temen gua dia udah putus tapi ternyata dia mau nembak mantannya lagi kaa. Gua ga sengaja liat tadi dia beli bunga mawar banyak banget, gua gatau kenapa gua nangis kaya gini. Tapi ko gua rasanya sakit banget ya, orang yang gua suka ternyata jauh lebih suka sama orang lain" Suara Rini yang sebenernya gua sendiri gak kuat untuk mendengarnya, dia menangis
"Rin.. Dengerin gue,,,, seganteng apasih dia, sesempurna apa sih dia Rin? Move Rin, gua yakin jauh diluar sana ada orang yang selalu perhatiin lo, yang sayang sama lu dan lo gapernah tau itu. Dia yang selalu ada dibelakang lo buat perhatiin lo, bukan di depan lo dan lo yang perhatiin dia Rin"
Mungkin.. Mulai saat itu dia sudah mulai tersadar dengan apa yang ada dalam pikiran gua.
Suatu hal yang benar-benar sangat sulit diucapkan. Berulang kali gua coba untuk mengungkapkan segalanya tapi berulang kali pula dia mulai acuh tak acuh saat gua mencoba berbicara mengenai hal-hal seperti itu. Dan itu semua yang bikin gua merasa mungkin dia memang sama sekali gak ada rasa dengan gua. Berbeda. Gak seperti gua yang punya sejuta rasa sama dia yang bahkan satupun sangat sulit untuk diucapkan.
Dia bahkan terus bertahan dengan Dani, seseorang yang selalu berada didepannya dan lagi.. Berbeda. Gak seperti gua, yang hanya bisa berada dibelakangnya hanya untuk menjaga dan berharap untuk dapat memilikinya. Sampai akhirnya itu benar-benar menjadi sebuah harapan.
"Kaa gua mau coba nembak ka Dani. Lebih tepatnya ngungkapin perasaan sih, gua udah mutusin gua bakalan fokus sama seseorang yang selalu ada didepan gua dan jadi seseorang yang selalu gua perhatiin. Gua harap dia yang terbaik ya kaa"
Kala itu, saat itu gua ingat bahwa itu terakhir kalinya gua dan dia menjadi teman yang dekat, teman yang akrab dan teman yang pada faktanya memang tak pernah bisa untuk saling memiliki. Ketika dia memilih untuk fokus pada apa yang didepannya, gua memilih untuk berhenti. Berhenti pada titik ini dan membiarkannya pergi bersama seseorang yang ia sayang. Gua mencoba untuk membiarkannya mencari kebahagiaannya walau pada akhirnya sebenarnya hati ini, rasa ini, diri ini sakit. Gua hancur. Seperti terjatuh dan akhirnya menghilang.
Mulai saat itu semua menjadi berubah. Canggung dan aneh rasanya. Sesekali gua menyapa tapi entah mengapa itu semua beda rasanya, gak seperti dulu. Saat gua masih merasakan ada serpihan harapan untuk gua bisa menjaga dan memilikinya. Pada intinya semuanya berubah. Benar berubah.
Dan kala ini, hari ini, saat ini ketika gua dipertemukan dengan sebuah cerita berisi catatan hati milik seseorang yang dimana terdapat tokoh "Aku dan Andika", gua baru menyadari suatu hal. Gua bodoh! Gua bego! Atau mungkin gua gak punya otak!
Gua sama sekali gak pernah sadar, kalau ternyata ada celah ruang untuk gua di hati dia.
Gua sama sekali gak pernah tau kalau ternyata dia menunggu untuk gua ungkapin segalanya. Gua sama sekali gak pernah tau kalau ternyata gua bisa buat dia nyaman senyaman nyamannya.
Itu semua hal terbodoh yang sudah gua lakukan yang semuanya mungkin gak bisa gua putar ulang dan gua perbaiki. Dan hari ini, saat ini gua harap "dia" yang gua maksud pun membaca semua catatan ini, mungkin ini terlambat. Memang. Tapi setidaknya "dia" yang gua maksud tau bahwa gua sudah menyimpan rasa untuknya sejak Dua-Kosong-Satu-Empat (2014)
"Gua Andika..
Ini buat tokoh dia dalam catatan ini,
Maaf kalau aku terlalu bodoh untuk bisa membaca semua perasaanmu
Maaf kalau aku terlalu naif, aku hanya berusaha agar bisa membuatmu nyaman dengan pertemanan ini
Maaf kalau aku tiba-tiba pergi menjauh dan hilang, lalu datang dengan rasa canggung yang tiba-tiba muncul
Bukan aku tak memiliki rasa untukmu, namun
Aku hanya takut saat itu aku kehilangan seseorang yang sangat ingin kujaga
Yang pada hari ini ternyata aku sadar, aku sudah kehilangannya
Andai saja kala itu aku memiliki nyali dan tak bisu dengan tiba-tiba
Mungkin semua akan indah
Terimakasih kamu sudah berani mengungkapkan segalanya melalu catatanmu, ceritamu itu
Yang membuatku tersadar jika seharusnya aku dapat lebih berani darimu
Maaf karena aku tak pernah jujur, kalau sebenarnya rasa ini kala itu sangat besar
Pun...
Sampai kala ini
Saat ini
Aku masih menyimpannya
Masih terjaga
Dan masih kupertanyakan hanya untukmu
Dia yang kumaksud, andai dirimu membaca semua catatan hati ini
Ku mohon dengan sangat
Katakan YA
Dan....
Aku takkan berhenti membiarkanmu pergi sendiri lagi"
(Andika, 2018)
---------------------------------------------------------------------------------
Author: @mithafull
"Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca" :)
Komentar
Posting Komentar