"Oke siap mba"
[MISCALL 15X from Biyy Yudha]
[INBOX from Biyy Yudha]
"Sa kamu kenapa si akhir-akhir ini kaya cuekin aku?"
"Aku gak tau kenapa kamu kaya gini tapi aku rasa kamu beda.. Kalo ini masalah jarak dan komunikasi aku rasa kamu ga seharusnya bersikap kaya gini Sa"
"Lisa.."
"Kalo ini karena aku yang jarang hubungin kamu aku minta maaf, tapi kamu tau aku harus latihan terus-terusan buat olimpiade Austria kan?"
"Lisa.."
"Aku rasa kamu emang perlu waktu, oke aku gak mau ganggu kamu dulu"
Sejujurnya aku cukup terkejut melihat semua pesan dari Yudha yang seperti ini. Aku rasa mungkin sikapku terlalu jauh dan membuat Yudha menjadi merasa bersalah dan akhirnya ia bersikap dingin seperti itu padaku. Sudah lama sejak ia memberiku pesan seperti itu dan pada akhirnya kami bertengkar. Jika memang hal itu terjadi lagi, aku rasa kejutan yang sudah kupersiapkan untuknya tak akan berhasil dan mungkin aku hanya akan mengulang kejadian tak indah lalu.
[CALL TO Biyy Yudha 20X]
Berulang-ulang aku meghubunginya namun sepertinya ia benar-benar marah padaku. Tak sekalipun panggilan dariku yang ia jawab hari itu pun pada hari berikutnya. Yudha tetap saja mengabaikan panggilan dari ku.
"Yudha kenapa sih?!! Apa yang gue lakuin ini salah??? Itukan juga buat nyenengin dia... Terus gue harus gimana??" Ucapku
Setelah hari itu aku benar-benar merasa kesal pada Yudha dan juga hubungan jarak jauh ini. Hubungan yang sebenarnya sangat sulit untuk dijalani, jika bukan karena kepercayaan mungkin ini semua tak akan bisa bertahan sampai sejauh ini. Dan akhirnya, sepertinya kami mulai saling tak suka dengan sikap ini satu sama lain. Hubungan ini pun menjadi tarik ulur tak menentu. Beberapa kali setelah hari itu sebenarnya Yudha menelfonku namun karena situasi yang menurutku masih belum baik akupun lebih memilih untuk mengabaikan semua panggilan darinya.
Jarak yang menghambat hubungan kami terkadang mengakibatkan kami menjadi lebih sensitif dari biasanya. Sebenarnya pun ini bukan pertama kalinya kami mengalami kejadian seperti ini, saling tak menyukai kondisi yang seperti ini namun rasanya sangat takut. Rasa takut akan kehilangan hanya karena jarak yang membuat kepercayaan ini ku coba untuk ku jaga erat-erat.
"Halo.. Sa, kamu lagi ngapain? Aku gatau ini harus dibahas atau ga tapi kenapa sih sikap kamu akhir-akhir ini berubah?" Yudha
"Apa? Berubah? Biyy aku tuh sebenernya juga ga tau ya aku yang berubah atau kamu yang berubah. Ko kamu malah ngomong kaya gitu seakan-akan aku yang salah sih? Aku juga udah nelfon kamu berulang kali tapi ga kamu angkat ya Biyy, terus kamu tiba-tiba ngomong aku yang berubah? Ko kamu gitu sih Biyy?"
"Bukan gitu Sa, tapi beberapa bulan terakhir ini aku juga hubungin kamu jarang kamu bales. Aku tau kamu sibuk karena aku juga gitu tapi apa kamu susah ya buat bales sms aku buat angkat telfon aku. Aku juga disini khawatir kamu jarang bales semua sms aku gini Sa. Maaf aku ga bisa angkat telfon kamu waktu itu kamu juga tau sendiri kan aku ada persiapan buat olimpiade Austria minggu depan" Yudha
"Kalo kamu bilang kamu sibuk, aku juga bisa dong bilang kalo aku sibuk kan? Aku tau kita sama-sama sibuk. Tapi apa harus kamu permasalahin hal kaya gini, aku ngelakuin ini juga buat hubungan kita ko. Aku rasa kamu yang sensitif akhir-akhir ini bukan aku, dan... dan.... Aku juga gatau apa kamu inget atau ga tentang minggu depan."
"Aku sibuk karena emang aku bener-bener sibuk Lisa. Kamu juga tau kan aku juga ada di Austria sini sama tim. Aku gamau masalah ini jadi melebar, aku cuma pengen ngecek kondisi kamu kalo kamu ga kenapa-kenapa dan aku disini lagi berjuang buat dapet yang terbaik" Yudha
"Setelah kamu nelfon kaya gini terus kamu bilang aku ga kenapa-kenapa? Biyy aku bingung aku harus jawab apa. Semua yang aku lakuin ini gabakalan sia-sia kan Biyy,,," Suaraku yang mulai sedu
"Aku gasuka denger suara nangis kamu kaya gini Sa, aku ga ada disamping kamu dan aku bikin kamu nangis kaya gini. Yang perlu kamu tau disini aku jauh lebih khawatirin kondisi kamu daripada kondisi aku sendiri Sa. Aku harap kamu istirahat cukup Sa, love you"
Setelah itu Yudha mematikan telfonya, rasanya hatiku tak tau harus berbuat apa. Air mata ini pun terus menetes membasahi pipi bahkan lantai kamar ini. Berlapis-lapis tisu yang kuhabiskan pada hari ini, rasanya sangat sakit. Mengingat pembicaraan kami tadi, setelah sekian lama air mata ini mengering akhirnya hari ini aku merasakan apa itu sakit. Aku sangat takut jika apa yang kami permasalahkan ini akan mengakhiri semuanya, walau sebenarnya aku sangat ingin membuang pikiran itu jauh-jauh. Namun, tak dapat ku pungkiri jika pikiran seperti itu selalu muncul dibenakku.
Minggu depan sebenarnya adalah hari dimana buku novel yang kubuat mengenai hubungan indah kami akan dirilis dan Yudha, minggu depan adalah hari pertandingan olimpiade karatenya yang akan dilaksanakan di Austria. Hal yang membuatku resah saat ini ialah mengenai hubungan kami yang sedang tidak dalam kondisi yang baik dan juga mengenai perilisan buku novelku yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi hatiku.
Tak pernah ku merasakan rasa takut dan khawatir seperti ini. Hari demi hari pun juga telah berlalu dan seperti saat itu, kami masih seperti ini. Belum bertemu dan juga belum berkomunikasi kembali setelah permasalahan yang terjadi hari lalu.
-
(sambung minggu depan)
Terimakasih
Komentar
Posting Komentar