"Seeelll.... Hhhhhh! Hhhhh.. Hhhhhhhhh!! Hhhhh" Hanya tangis Bintang yang dapat kudengar
Kejadian itu adalah hal yang membuatku seketika ikut meneteskan air mataku merasakan kesedihan yang tak pernah Bintang ceritakan. Malam itu yang ku dengar hanyalah tangis Bintang yang begitu sedih tanpa ia berkata apapun. Sejujurnya aku sangat panik, itu adalah kali pertama aku mendengar Bintang sesedih itu. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa selain...
"Bi.. Its Okay Bi. Semuanya bakal baik-baik aja Bi. Gapapa Bi.."
Tak berselang lama setelah kejadian itu, aku kembali ke Jakarta karena itu juga merupakan hari libur semester. Hari pertama sampai rumah, aku langsung mengunjungi Bintang di rumahnya. Melihatnya yang baik-baik saja itu sudah membuatku lega. Saat itu ingin sekali aku menanyakan alasannya menangis, namun kurasa ini bukan waktu yang tepat untukku membahas hal seperti itu. Karena aku kembali melihat Bintang seperti Bintang yang ku kenal.
Hari itu wajahnya begitu ceria. Bahkan Bintang mengajakku kembali melakukan hal-hal yang dulu kami lakukan pada masa sekolah. Fotobox, bersepeda, bermain game arkade, dan bercerita riang mengenai semester pertama kami menjadi seorang mahasiswi. Aneh, Bintang begitu semangat kali ini namun lagi..
Aku hanya berfikir positif dan menganggap jika ia sudah baik-baik saja. Libur semester pertama kami benar-benar kami habiskan dengan membuat banyak kenangan. Rasanya seperti dulu lagi, aku sangat bahagia dan bersyukur bertemu dengannya dan dapat memiliki seorang sahabat sepertinya. Namun aku juga sangat berharap agar tangisannya pada kala itu tak terulang lagi. Meskipun aku masih khawatir akan kondisinya tapi aku senang kali ini aku dapat memastikan jika ia baik-baik saja.
"Sel, lo tau gak sih? Cuma lo gua bisa jadi diri gua sendiri. Cuma sama lo gua bisa jadi orang yang happy. Kaya free aja gitu" Ucap Bintang yang tiba-tiba
"Ha?! Apaan sih lo Bi? Kok lo ngomongnya kaya drakor drakor gitu sih?" Sahutku yang merasa aneh mendengar ucapan Bintang
"Ih! Gua serius tau.. Gua cuma mau bilang lu jangan pernah berubah ya, terlepas lo baik sama gue aja atau sama orang lain. Jangan berubah" Ucapnya yang membuatku bingung
"Haha.. Iya iya, tenang aja gua gak bakalan berubah ko. Lu kan gak lagi temenan sama power rangers haha. Apaansih Bi, lu garing tau gak sih kalo nyari topik" Jawabku dengan bercanda
"Lu nya aja yang gak pernah serius nanggepin gue hih" Jawabnya dengan wajah yang agak kesal
Dan ternyata tanpa kusadari, kala itu, siang itu, di cafe itu adalah kali terakhir aku menerima ucapan terimakasihnya. Itu adalah terakhir kalinya kami bertemu...
Karena satu bulan setelah pertemuan itu, tiba-tiba aku mendapat sebuah panggilan telfon...
"Hallo Sellll..." Suara Kakak Bintang yang terdengar begitu sedih
"Hallo Mba Gita ada apa ya? Mba Gita gak papah? Ko suaranya...." Responku yang cukup terkejut dan juga bingung
"Besok kamu pulang ke Jakarta ya, kamu kesini ke rumah. Kita sama-sama anterin Bintang" Ucap Mba Gita dengan suara yang jauh lebih sedih
"Ha? Bintang mau kemana Mba emangnya? Ada apa sih Mba?" Tanyaku yang belum paham juga maksud dari perkataan Mba Gita
"Bintaang.. Bintang.. Dia udah pulang Sel tadi siang jam 2. Hhhhhh! Bintang udah gak ada hhhh!! Hhhhh...." Ucap Mba Gita dan tangisannya pun pecah
"...." Aku tak begitu ingat bagaimana reaksiku kala itu, yang ku ingat tubuhku tiba-tiba saja lemas dan aku jatuh terduduk di lantai kelas
(bersambung...)
Terimakasih sudah membaca :)
Instagram : mithafull
Komentar
Posting Komentar